Rabu, 09 April 2025

AKU MASIH MURID

Biasanya... habis libur panjang Idul Fitri, kita kan minta anak² bikin refleksi. Tentang apa yang mereka pelajari selama liburan, nilai² yang mereka temukan dari silaturahmi, dari momen kebersamaan, meski dalam hal ini catatanya harus berhati² jangan sampai refleksinya jadi ajang lomba ini itu, yang penting adalah mengambil nilai² baiknya dari liburan kemarin.

Tapi kali ini... izinkan saya yg justru ingin berefleksi. Bukan sebagai guru, tapi sebagai murid. Murid kehidupan, murid dari guru saya sendiri.

Lebaran kemarin saya bersilaturahmi ke rumah guru saya waktu SMA dulu. Dan ternyata bukan cuma saya yg datang. Masih banyak murid2 beliau dari angkatan yang berbeda-beda juga hadir. Bahkan tidak hanya pas idul fitri, hari2 biasa kadang juga ada yang silaturahim kesana, murid² nya masih suka datang. Masih merasa butuh menyapa. 

Dan itu bikin saya mikir... sosok seperti apa sih beliau sampai bisa begitu membekas di hati kami para muridnya?

Saya ingat betul, waktu beliau mengajar dulu... hampir nggak pernah marah. Bicaranya pelan, tenang, tapi dalam. Bahkan ketika kami salah, seperti salah menggunakan alat dilaboratorium, salah masang kaca mikroskop, salah prosedur praktik, beliau cuma tersenyum dan bilang, “Yang benar begini ya... Bisa kan? Yuk, jangan diulang lagi. Kamu pasti bisa.”

Gitu aja. Tapi rasanya... ngena banget. Kita nggak merasa dihakimi. Justru termotivasi.

Dan yg bikin saya makin hormat... beliau nggak pernah jaga jarak sama murid. Di luar kelas pun ngobrol bareng, becanda bareng, dengerin curhatan kami. Semua dihargai. Nggak ada istilah murid pintar dimanja, murid nakal dijauhi. Semua dianggap penting dimata beliau.

Saat saya sudah jadi guru dan sempat merasa down karena tugas² yg berat, beliau masih hadir. Menemani, menguatkan, bukan menyalahkan. Saya masih ingat kata-katanya, bukan petuah panjang lebar... tapi kehadiran beliau saja sudah cukup bikin saya merasa tidak sendiri.

Dan sekarang... saya merasa kecil. Saya merasa masih jauh dari menjadi guru sebaik beliau. Tapi silaturahmi kemarin jadi momen penting buat saya. Seolah saya sedang bercermin. Dan cermin itu memantulkan sosok guru yang saya ingin dan sedang belajar untuk menjadi guru yang lebih baik.

Terima kasih, Pak Guru. Terima kasih atas setiap senyum, setiap kata lembutmu, setiap kesabaranmu. Semoga semua kebaikanmu terus mengalir jadi pahala tanpa henti.

Saya masih murid, Pak. Murid yg sedang belajar menjadi guru sepertimu.

-----------

Sahabat2 guru_Semangat back to school_ Tetaplah menjadi guru yg menginspirasi & dirindukan 🙏