Mulyono Malik, M.Pd.
Pengawas Madrasah
Kementerian Agama Kabupaten Gresik
APA ITU DEEP LEARNING ?
Deep Learning dalam arti harfiah adalah pembelajaran
mendalam. Deep Learning adalah pendekatan pembelajaran, bukan kurikulum
baru, karena kurikulun nasional
(kurikulum merdeka) masih berlaku. Pembelajaran
mendalam menjadi sangat populer setelah Mendikdasmen RI, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. menyatakan
penerapan pendekatan ini pada pembelajaran di sekolah/madrasah.
Dalam
perspektif Pendidikan di Indonesia, pembelajaran mendalam didefinisikan sebagai
pendekatan pembelajaran yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana
belajar dan proses pembelajaran berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan
melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik dan
terpadu.
Berbeda
dengan istilah yang umum digunakan dalam ranah kecerdasan buatan (AI), dalam
konteks pendidikan Deep Learning menekankan pemahaman konsep secara
mendalam, penguasaan kompetensi, serta keterlibatan aktif siswa dalam proses
pembelajaran.
Secara
garis besar, pola pembelajaran mandalam dapat terilustrasikan sebagai berikut :
3 ELEMEN UTAMA DEEP LEARNING
Pendekatan Deep Learning dalam pendidikan yang
diusulkan oleh Mendikdasmen terdiri dari tiga elemen utama, yaitu Meaningful
Learning, Mindful Learning, dan Joyful Learning.
Masing-masing elemen ini memiliki peran penting dalam membangun pengalaman
belajar yang lebih mendalam dan bermakna bagi siswa.
1. Meaningful Learning (Pembelajaran
Bermakna):
Meaningful Learning menekankan
bahwa proses belajar harus memiliki makna dan keterkaitan dengan kehidupan
nyata siswa. Dalam pendekatan ini, siswa tidak hanya menghafal informasi,
tetapi juga memahami konsep yang dipelajari dan dapat menghubungkannya dengan
situasi sehari-hari.
Contoh:
ü Dalam pelajaran Fikih, guru
mengajak siswa praktik langsung tata cara wudhu sambil menjelaskan makna
kesucian dalam persiapan salat.
ü Dalam Pelajaran IPA, saat belajar
tentang ekosistem, siswa tidak hanya menghafal jenis-jenis rantai makanan,
tetapi juga menganalisis dampak deforestasi terhadap keseimbangan ekosistem dan
mencari solusi untuk menjaga lingkungan.
2. Mindful Learning (Pembelajaran Sadar dan Aktif)
Mindful Learning menekankan
kesadaran penuh dalam proses belajar. Siswa didorong untuk secara aktif terlibat dalam pembelajaran, berpikir
reflektif, serta memiliki niat dan motivasi internal untuk mengembangkan
pemahaman serta keterampilan mereka.
Contoh:
ü Dalam pelajaran Al-Qur'an Hadits,
guru mendiskusikan hadis tentang keutamaan jujur, lalu meminta siswa mengaitkan
dengan pengalaman jujur mereka di sekolah atau rumah.
ü Dalam pembelajaran sejarah, siswa
tidak hanya membaca buku teks, tetapi juga melakukan riset, berdiskusi, dan
membuat presentasi tentang peristiwa sejarah dari berbagai sudut pandang.
3. Joyful Learning (Pembelajaran yang
Menyenangkan dan Memotivasi)
Joyful Learning menekankan bahwa
pembelajaran harus menjadi pengalaman yang menyenangkan dan menggugah minat
siswa. Dengan suasana belajar yang positif, siswa lebih termotivasi untuk terus
mengeksplorasi pengetahuan dan meningkatkan pemahaman mereka.
Contoh:
ü Dalam pelajaran Agama Islam, guru
menggunakan permainan kuis interaktif tentang rukun iman dan rukun Islam untuk
memperkuat pemahaman siswa dengan suasana belajar yang ceria.
ü Dalam pelajaran matematika, guru
menggunakan permainan dan simulasi interaktif untuk membantu siswa memahami
konsep aljabar dengan cara yang menyenangkan.
FONDASI FILOSOFIS DEEP LEARNING
Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya "4
Olah" dalam pendidikan, yaitu olah hati (etika), olah pikir (literasi),
olah rasa dan karsa (estetika, kreativitas, inovasi), dan olah raga
(kinestetik). Filosofi ini menekankan pentingnya mengembangkan seluruh aspek
kepribadian siswa agar menjadi manusia yang berintegritas dan berdaya saing. Dalam
penerapan Deep Learning semua pihak yang terlibat saling menghargai dan
menghormati dengan mempertimbangkan potensi, martabat dan nilai-nilai
kemanusiaan yang meliputi ;
1. Olah pikir
Merupakan proses pendidikan yang berfokus pada pengasahan akal budi dan
kemampuan kognitif, seperti kemampuan untuk memahami, menganalisa, dan
memecahkan masalah.
2. Olah hati
Adalah proses pendidikan untuk mengasah kepekaan batin, membentuk budi
pekerti, serta menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual.
3. Olah rasa
Sebagai proses pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan kepekaan
estetika, empati, dan kemampuan menghargai keindahan serta hubungan
antarmanusia.
4. Olah raga
Merupakan bagian dari pendidikan yang bertujuan untuk menjaga dan
meningkatkan kesehatan fisik, kekuatan tubuh, serta membentuk karakter melalui
kegiatan jasmani.
8 DIMENSI PROFIL LULUSAN DALAM PEMBELAJARAN MENDALAM
Keberhasilan Pembelajaran Mendalam diukur melalui
delapan dimensi profil lulusan yang menjadi standar kualitas pendidikan.
Berikut 8 dimensi profil lulusan :
1. Keimanan dan Ketakwaan terhadap
Tuhan YME
Pembelajaran Mendalam menekankan pentingnya nilai spiritual dalam
pendidikan. Peserta didik diarahkan untuk memiliki keimanan yang kuat dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kewargaan
Melalui Pembelajaran Mendalam, siswa diajarkan untuk menjadi warga negara
yang peduli, bertanggung jawab, dan aktif berkontribusi bagi lingkungan
sekitar.
3. Penalaran Kritis
Salah satu fokus utama Pembelajaran Mendalam adalah meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa agar mampu menganalisis masalah, mengevaluasi informasi,
dan menemukan solusi yang tepat.
4. Kreativitas
Pembelajaran Mendalam mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan inovatif
dalam menyelesaikan berbagai tantangan.
5. Kolaborasi
Melalui kegiatan kelompok dan proyek kolaboratif, siswa dilatih untuk
bekerja sama, berbagi peran, dan mencapai tujuan bersama.
6. Kemandirian
Pembelajaran Mendalam menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kemampuan siswa
untuk belajar secara mandiri, tanpa ketergantungan yang berlebihan pada pihak
lain.
7. Kesehatan
Kesehatan fisik dan mental menjadi bagian penting dalam Pembelajaran
Mendalam. Keseimbangan antara akademis dan kesejahteraan siswa harus tetap
dijaga.
8. Komunikasi
Pembelajaran Mendalam melatih siswa untuk menguasai keterampilan komunikasi
yang efektif, baik secara lisan maupun tulisan, serta mampu mendengarkan dengan
baik.
DEEP LEARNING DALAM
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN ISLAM
Deep learning dalam pembelajaran Islam tidak hanya berfokus pada hafalan atau
pemahaman tingkat dasar, tetapi lebih kepada pemahaman mendalam yang melibatkan
refleksi, analisis, dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa nilai
yang relevan dengan pembelajaran mendalam;
1.
Ta’ammul (Refleksi Mendalam)
Pembelajaran tidak hanya sekadar menghafal,
tetapi juga merenungkan makna dan hikmah di balik ilmu yang dipelajari. Contoh:
Dalam mempelajari Al- Qur’an, siswa tidak hanya membaca dan menghafal ayat,
tetapi juga merenungkan tafsir dan relevansinya dengan
kehidupan.
2.
Tafaqqur (Berpikir Kritis dan Analitis)
Islam mendorong umatnya untuk menggunakan
akal dalam memahami ilmu. Contoh: Ketika mempelajari hadis tentang akhlak,
siswa diajak untuk menganalisis bagaimana hadis tersebut dapat diterapkan dalam
kehidupan sosial saat ini.
3.
Tarbiyah Ruhaniyah (Pengembangan Spiritual dan Karakter)
Pembelajaran Islam bertujuan membentuk
manusia yang berakhlak mulia, bukan hanya cerdas secara intelektual.Islam
mendorong umatnya untuk menggunakan akal dalam memahami ilmu. Contoh: Saat
mempelajari fiqih, siswa tidak hanya memahami hukumhukum Islam tetapi juga
diajak untuk memahami nilai-nilai etika dan
moral dalam beribadah dan bermuamalah
4.
Ittiba’ dan Ijtihad (Belajar dari Sumber dan Mengembangkan Pemikiran Baru)
Deep learning dalam Islam menekankan keseimbangan antara mengikuti ilmu
dari sumber otentik (Al-Qur’an dan Hadis) dan berpikir kreatif dalam
mengembangkan solusi baru sesuai zaman. Contoh: Dalam mempelajari ekonomi
Islam, siswa diajak untuk mengembangkan model bisnis halal yang sesuai dengan
prinsip syariah tetapi tetap relevan dengan tantangan modern.
5.
Amal Ilmiah (Aplikasi Ilmu dalam Kehidupan Nyata)
Ilmu dalam Islam harus diamalkan, bukan sekadar dipelajari secara
teoritis. Contoh: Dalam mempelajari konsep zakat, siswa tidak hanya menghitung
kadar zakat tetapi juga melakukan praktik penghimpunan dan penyaluran zakat
kepada yang membutuhkan.
6.
Mujahadah (Belajar dengan Kesungguhan dan Konsistensi)
Pembelajaran Islam membutuhkan ketekunan, kesabaran, dan perjuangan
dalam mencari ilmu. Contoh: Dalam belajar bahasa Arab untuk memahami Al-Qur’an,
siswa didorong untuk berlatih secara rutin dan tidak mudah menyerah meskipun
sulit.
7.
Pembelajaran Berbasis Kolaborasi (Syura dan Jama’ah)
Islam mengajarkan pentingnya belajar dalam kebersamaan dan berdiskusi
untuk memperkaya pemahaman. Contoh: Dalam kajian tafsir Al- Qur’an, siswa
diajak untuk berdiskusi dalam kelompok dan bertukar pendapat berdasarkan sumber
yang valid.
REFLEKSI_MENJADI GURU
OTONOM
Menjadi guru otonom berarti memiliki komitmen untuk
mengenal dirinya sendiri. Ia menggali nilai-nilai moral yg dipegang teguh
sebagai landasan berpijak agar tidak terombang-ambing di tengah gelombang
ketidakpastian. Sebagai guru harus tegar, tidak menyerah pada arus kerumunan yg
hanya mengikuti instruksi tanpa pemikiran kritis, tetapi memiliki pendirian yang
kokoh. Kita mengerti bahwa, lebih dari sekadar dokumen-dolumen kurikulum,
kurikulum sejati adalah diri kita sendiri, bagaimana kita menghidupkan ilmu di
dalam kelas, memotivasi dan menginspirasi siswa kita, dan menanamkan nilai-nilai
kehidupan.
Di era di mana kebijakan bisa berubah kapan saja,
guru yang mandiri dan merdeka mampu berdiri teguh tanpa harus cemas akan
kelangsungan program-program pendidikan. Mereka tidak mengandalkan instruksi
sepenuhnya, melainkan mengambil inisiatif untuk menciptakan pembelajaran yang
bermakna. Sikap ini tidak alergi terhadap perubahan, tetapi justru
menjadikannya kesempatan untuk belajar, berkembang, dan memperkaya praktik
pengajaran.
Dengan mengenali dan memelihara nilai-nilai moral
dalam hidup kita, kita mampu menjalankan fungsi mulia guru : membimbing
& mendidik anak didik kita dengan penuh integritas. Guru yang merdeka
membawa martabat dalam peran kita, menjadi teladan bagi siswa dalam hal
keteguhan hati, keberanian berpikir, bertindak dengan tanggung jawab.
Marwah kita mulia bukan hanya melalui sertifikasi,
label-label pada diri kita atau program pemerintah, tetapi melalui dedikasi
dalam menjalankan fungsi kita dengan baik, menghadirkan pendidikan yg tidak
hanya sekadar penyampai informatif tetapi juga sebagai bagian dari
transformatif peradaban bangsa.