Sabtu, 03 Mei 2025

SEKOLAH BUKAN LAUNDRY

Yang masih anget dibeberapa warung-angkringan, kayaknya seru jadi bahan obrolan sambil minum Kopi, wedang jahe anget, sambil cocol pentol, terus ngelantur mikir... Sekolah saiki kok rasane diposisikan kayak laundry ya? 

Anak² masuk, ditaruh.... keluar harus kinclong. Rapi, pinter, sopan, hafal Pancasila, bisa ngaji, nilai sempurna, dan sing penting ini laku kerja. Wah, kayak mesin cuci premium sing bisa nyalonin anak sekalian, biar nyenengke kalo dilihat.

Padahal, sekolah itu ya bukan tempat nyuci karakter. Lha wong karakter itu digodok soko rumah, direbus karo teladan, dikukus karo kasih sayang, digoreng karo obrolan setiap malam sebelum tidur.

Tapi nggak dikit lho, wong tua saiki mikir: "Pokoknya anakku tak sekolahkan di tempat paling mahal, paling bagus, paling modern... beres!" Lha terus dia piye? Kayak nyerahke motor rusak ke bengkel trus ditinggal dolan. Lha motor bisa diservis, tapi anak? Anak itu jiwa, Mas. Bukan sparepart.

Terus terang jujur ya, sing kudu sekolah ki ya kita kabeh. Wong tua kudu sekolah kehidupan. Belajar nerima, belajar sabar, belajar jadi teladan. Belajar ngomong sing empuk, bukan cuma nyuruh dan ngomel. Karena anak belajar bukan dari teori, tapi dari cara kita hidup.

Nah Guru juga lho, ojo puas mung jadi “penggugur tugas”. Datang – ngajar – pulang – setor nilai. Yo wes, kayak barang² pajangan. Tapi yen guru ngerasa dirinya juga orang tua, meskipun bukan biologis, barulah kita hadir sebagai cahaya. Kata Mbah Guru esensi mendidik itu yg terpenting justru mentransfer rasa, cinta, dan makna, makna tentang kehidupan.

Sekolah harusnya jadi taman, seperti apa yg dicontohkan Ki Hajar Dewantara (Taman Siswa), bukan laundry. Sekolah sebagai tempat anak tumbuh, bukan dibentuk. Tempat anak mencari jati diri, bukan dipaksa seragam. Anak kita itu bukan semacam produk, jika cacat (gagal) trus dibuang. Bukan juga obyek proyek. Tapi proses tumbuh yg panjang, kadang mbulet, tapi penuh harapan.

Jadi, yo ayo... bareng² belajar terus dadi wong tua. Belajar jadi guru. Belajar jadi manusia.


Kopi angetmu wis adem, tapi obrolan kita kudu tetep anget...

Jumat, 02 Mei 2025

Pembelajaran Mendalam (Deep Learning)

Mulyono Malik, M.Pd.

Pengawas Madrasah Kementerian Agama Kabupaten Gresik


APA ITU DEEP LEARNING ?

Deep Learning dalam arti harfiah adalah pembelajaran mendalam. Deep Learning adalah pendekatan pembelajaran, bukan kurikulum baru, karena  kurikulun nasional (kurikulum merdeka) masih berlaku. Pembelajaran mendalam menjadi sangat populer setelah Mendikdasmen RI, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. menyatakan penerapan pendekatan ini pada pembelajaran di sekolah/madrasah.

Dalam perspektif Pendidikan di Indonesia, pembelajaran mendalam didefinisikan sebagai pendekatan pembelajaran yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik dan terpadu.

Berbeda dengan istilah yang umum digunakan dalam ranah kecerdasan buatan (AI), dalam konteks pendidikan Deep Learning menekankan pemahaman konsep secara mendalam, penguasaan kompetensi, serta keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran.

Secara garis besar, pola pembelajaran mandalam dapat terilustrasikan sebagai berikut :

 


3 ELEMEN UTAMA DEEP LEARNING

Pendekatan Deep Learning dalam pendidikan yang diusulkan oleh Mendikdasmen terdiri dari tiga elemen utama, yaitu Meaningful Learning, Mindful Learning, dan Joyful Learning. Masing-masing elemen ini memiliki peran penting dalam membangun pengalaman belajar yang lebih mendalam dan bermakna bagi siswa. 

1.   Meaningful Learning (Pembelajaran Bermakna): 

Meaningful Learning menekankan bahwa proses belajar harus memiliki makna dan keterkaitan dengan kehidupan nyata siswa. Dalam pendekatan ini, siswa tidak hanya menghafal informasi, tetapi juga memahami konsep yang dipelajari dan dapat menghubungkannya dengan situasi sehari-hari.

Contoh:

ü  Dalam pelajaran Fikih, guru mengajak siswa praktik langsung tata cara wudhu sambil menjelaskan makna kesucian dalam persiapan salat.

ü  Dalam Pelajaran IPA, saat belajar tentang ekosistem, siswa tidak hanya menghafal jenis-jenis rantai makanan, tetapi juga menganalisis dampak deforestasi terhadap keseimbangan ekosistem dan mencari solusi untuk menjaga lingkungan. 

2.   Mindful Learning (Pembelajaran Sadar dan Aktif)

Mindful Learning menekankan kesadaran penuh dalam proses belajar. Siswa didorong untuk secara aktif terlibat dalam pembelajaran, berpikir reflektif, serta memiliki niat dan motivasi internal untuk mengembangkan pemahaman serta keterampilan mereka.

Contoh:

ü  Dalam pelajaran Al-Qur'an Hadits, guru mendiskusikan hadis tentang keutamaan jujur, lalu meminta siswa mengaitkan dengan pengalaman jujur mereka di sekolah atau rumah.

ü  Dalam pembelajaran sejarah, siswa tidak hanya membaca buku teks, tetapi juga melakukan riset, berdiskusi, dan membuat presentasi tentang peristiwa sejarah dari berbagai sudut pandang. 

3.   Joyful Learning (Pembelajaran yang Menyenangkan dan Memotivasi)

Joyful Learning menekankan bahwa pembelajaran harus menjadi pengalaman yang menyenangkan dan menggugah minat siswa. Dengan suasana belajar yang positif, siswa lebih termotivasi untuk terus mengeksplorasi pengetahuan dan meningkatkan pemahaman mereka.

Contoh:

ü  Dalam pelajaran Agama Islam, guru menggunakan permainan kuis interaktif tentang rukun iman dan rukun Islam untuk memperkuat pemahaman siswa dengan suasana belajar yang ceria.

ü  Dalam pelajaran matematika, guru menggunakan permainan dan simulasi interaktif untuk membantu siswa memahami konsep aljabar dengan cara yang menyenangkan. 


FONDASI FILOSOFIS DEEP LEARNING

Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya "4 Olah" dalam pendidikan, yaitu olah hati (etika), olah pikir (literasi), olah rasa dan karsa (estetika, kreativitas, inovasi), dan olah raga (kinestetik). Filosofi ini menekankan pentingnya mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa agar menjadi manusia yang berintegritas dan berdaya saing. Dalam penerapan Deep Learning semua pihak yang terlibat saling menghargai dan menghormati dengan mempertimbangkan potensi, martabat dan nilai-nilai kemanusiaan yang meliputi ;

1.   Olah pikir

Merupakan proses pendidikan yang berfokus pada pengasahan akal budi dan kemampuan kognitif, seperti kemampuan untuk memahami, menganalisa, dan memecahkan masalah.

2.   Olah hati

Adalah proses pendidikan untuk mengasah kepekaan batin, membentuk budi pekerti, serta menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual.

3.   Olah rasa

Sebagai proses pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan kepekaan estetika, empati, dan kemampuan menghargai keindahan serta hubungan antarmanusia.

4.   Olah raga

Merupakan bagian dari pendidikan yang bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan fisik, kekuatan tubuh, serta membentuk karakter melalui kegiatan jasmani.



8 DIMENSI PROFIL LULUSAN DALAM PEMBELAJARAN MENDALAM

Keberhasilan Pembelajaran Mendalam diukur melalui delapan dimensi profil lulusan yang menjadi standar kualitas pendidikan. Berikut 8 dimensi profil lulusan :

1.   Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan YME

Pembelajaran Mendalam menekankan pentingnya nilai spiritual dalam pendidikan. Peserta didik diarahkan untuk memiliki keimanan yang kuat dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.   Kewargaan

Melalui Pembelajaran Mendalam, siswa diajarkan untuk menjadi warga negara yang peduli, bertanggung jawab, dan aktif berkontribusi bagi lingkungan sekitar.

3.   Penalaran Kritis

Salah satu fokus utama Pembelajaran Mendalam adalah meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa agar mampu menganalisis masalah, mengevaluasi informasi, dan menemukan solusi yang tepat.

4.   Kreativitas

Pembelajaran Mendalam mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan berbagai tantangan.

5.   Kolaborasi

Melalui kegiatan kelompok dan proyek kolaboratif, siswa dilatih untuk bekerja sama, berbagi peran, dan mencapai tujuan bersama.

6.   Kemandirian

Pembelajaran Mendalam menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kemampuan siswa untuk belajar secara mandiri, tanpa ketergantungan yang berlebihan pada pihak lain.

7.   Kesehatan

Kesehatan fisik dan mental menjadi bagian penting dalam Pembelajaran Mendalam. Keseimbangan antara akademis dan kesejahteraan siswa harus tetap dijaga.

8.   Komunikasi

Pembelajaran Mendalam melatih siswa untuk menguasai keterampilan komunikasi yang efektif, baik secara lisan maupun tulisan, serta mampu mendengarkan dengan baik.

DEEP LEARNING DALAM PERSPEKTIF PEMBELAJARAN ISLAM

Deep learning dalam pembelajaran Islam tidak hanya berfokus pada hafalan atau pemahaman tingkat dasar, tetapi lebih kepada pemahaman mendalam yang melibatkan refleksi, analisis, dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa nilai yang relevan dengan pembelajaran mendalam;

1.   Ta’ammul (Refleksi Mendalam)

Pembelajaran tidak hanya sekadar menghafal, tetapi juga merenungkan makna dan hikmah di balik ilmu yang dipelajari. Contoh: Dalam mempelajari Al- Qur’an, siswa tidak hanya membaca dan menghafal ayat, tetapi juga merenungkan tafsir dan relevansinya dengan

kehidupan.

2.   Tafaqqur (Berpikir Kritis dan Analitis)

Islam mendorong umatnya untuk menggunakan akal dalam memahami ilmu. Contoh: Ketika mempelajari hadis tentang akhlak, siswa diajak untuk menganalisis bagaimana hadis tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sosial saat ini.

3.   Tarbiyah Ruhaniyah (Pengembangan Spiritual dan Karakter)

Pembelajaran Islam bertujuan membentuk manusia yang berakhlak mulia, bukan hanya cerdas secara intelektual.Islam mendorong umatnya untuk menggunakan akal dalam memahami ilmu. Contoh: Saat mempelajari fiqih, siswa tidak hanya memahami hukumhukum Islam tetapi juga diajak untuk memahami nilai-nilai etika dan

moral dalam beribadah dan bermuamalah

4.   Ittiba’ dan Ijtihad (Belajar dari Sumber dan Mengembangkan  Pemikiran Baru)

Deep learning dalam Islam menekankan keseimbangan antara mengikuti ilmu dari sumber otentik (Al-Qur’an dan Hadis) dan berpikir kreatif dalam mengembangkan solusi baru sesuai zaman. Contoh: Dalam mempelajari ekonomi Islam, siswa diajak untuk mengembangkan model bisnis halal yang sesuai dengan prinsip syariah tetapi tetap relevan dengan tantangan modern.

5.   Amal Ilmiah (Aplikasi Ilmu dalam Kehidupan Nyata)

Ilmu dalam Islam harus diamalkan, bukan sekadar dipelajari secara teoritis. Contoh: Dalam mempelajari konsep zakat, siswa tidak hanya menghitung kadar zakat tetapi juga melakukan praktik penghimpunan dan penyaluran zakat kepada yang membutuhkan.

6.   Mujahadah (Belajar dengan Kesungguhan dan Konsistensi)

Pembelajaran Islam membutuhkan ketekunan, kesabaran, dan perjuangan dalam mencari ilmu. Contoh: Dalam belajar bahasa Arab untuk memahami Al-Qur’an, siswa didorong untuk berlatih secara rutin dan tidak mudah menyerah meskipun sulit.

7.   Pembelajaran Berbasis Kolaborasi (Syura dan Jama’ah)

Islam mengajarkan pentingnya belajar dalam kebersamaan dan berdiskusi untuk memperkaya pemahaman. Contoh: Dalam kajian tafsir Al- Qur’an, siswa diajak untuk berdiskusi dalam kelompok dan bertukar pendapat berdasarkan sumber yang valid. 

 

REFLEKSI_MENJADI GURU OTONOM

Menjadi guru otonom berarti memiliki komitmen untuk mengenal dirinya sendiri. Ia menggali nilai-nilai moral yg dipegang teguh sebagai landasan berpijak agar tidak terombang-ambing di tengah gelombang ketidakpastian. Sebagai guru harus tegar, tidak menyerah pada arus kerumunan yg hanya mengikuti instruksi tanpa pemikiran kritis, tetapi memiliki pendirian yang kokoh. Kita mengerti bahwa, lebih dari sekadar dokumen-dolumen kurikulum, kurikulum sejati adalah diri kita sendiri, bagaimana kita menghidupkan ilmu di dalam kelas, memotivasi dan menginspirasi siswa kita, dan menanamkan nilai-nilai kehidupan.

Di era di mana kebijakan bisa berubah kapan saja, guru yang mandiri dan merdeka mampu berdiri teguh tanpa harus cemas akan kelangsungan program-program pendidikan. Mereka tidak mengandalkan instruksi sepenuhnya, melainkan mengambil inisiatif untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna. Sikap ini tidak alergi terhadap perubahan, tetapi justru menjadikannya kesempatan untuk belajar, berkembang, dan memperkaya praktik pengajaran. 

Dengan mengenali dan memelihara nilai-nilai moral dalam hidup kita,  kita mampu menjalankan fungsi mulia guru : membimbing & mendidik anak didik kita dengan penuh integritas. Guru yang merdeka membawa martabat dalam peran kita, menjadi teladan bagi siswa dalam hal keteguhan hati, keberanian berpikir, bertindak dengan tanggung jawab. 

Marwah kita mulia bukan hanya melalui sertifikasi, label-label pada diri kita atau program pemerintah, tetapi melalui dedikasi dalam menjalankan fungsi kita dengan baik, menghadirkan pendidikan yg tidak hanya sekadar penyampai informatif tetapi juga sebagai bagian dari transformatif peradaban bangsa.

 

Transformasi Digital Pendidikan: Antara Ilusi Kemajuan dan Realitas Sekolah

Transformasi Digital Pendidikan: Antara Ilusi Kemajuan dan Realitas Sekolah  Oleh: Mulyono Malik, M.Pd.      Di atas dokumen kebijakan dan p...